Baru saja (5 menit yang lalu) saya selesai diwawancara melalui
telepon oleh radio Pro Dua (Jakarta) tentang wirausaha. Saya
diperkenalkan sebagai technopreneur (penulis, pakar security, dll. – he
he he).
Topik kewirausahaan (entrepreneurship) memang sedang populer saat
ini. Di mana-mana ada seminar tentang ini, baik untuk publik maupun
untuk mahasiswa. Tujuannya adalah baik, yaitu menciptakan lapangan
pekerjaan dan mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Tanya jawab berlangsung secara live dengan penanya dari berbagai
tempat di Indonesia, dari Aceh sampai ke Mataram. Pertanyaannya juga
bagus-bagus. Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang saya ingat.
Apakah lingkungan (latar belakang kultur) dan pendidikan mempengaruhi terbentuknya wiraswasta?
Menurut saya ya. Sebagai contoh, banyak orang Jawa yang lebih
mengharapkan anaknya menjadi pegawai BUMN, PNS, atau pegawai perusahaan
besar. Bagi orang yang terlahir di lingkungan ini memang harus melewati
perjuangan yang lebih keras, tetapi bukan berarti tidak ada atau tidak
mungkin.
Ada banyak pendidikan / training tentang kewirausahaan tetapi
yang mengajar bukan seorang wirausaha, yang mungkin hanya mengandalkan
buku teks. Bagaimana pendapatnya? Jawaban saya adalah ya.
Memang akan lebih baik jika pengajar memang memiliki pengalamanan
langsung dalam bidang kewirausahaan, dengan kata lain dia seorang
wirausaha. (Yang tidak saya sampaikan dalam wawancara adalah … bahwa
orang yang hanya mengajukan teori pun bukan tidak penting. Coach atau
pelatih olah raga kadang bukan pemain yang jagoan, tetapi bukan berarti
mereka tidak pantas menjadi coach. Saya melihat ada beberapa coach olah
raga yang memiliki binaan yang sukses luar biasa.)
Apakah baik memulai usaha bukan karena kompetensi atau hobby
tapi karena ada peluang (misal ada kebutuhan pasar, atau ada kelebihan
uang, dan sejenisnya)? Menurut saya bisa saja tetapi akan
menjadi masalah karena tidak langgeng. Misalnya 3 bulan ini buka
restoran karena ada pekerjaan baru di sekitar situ dan pegawai butuh
makan, tapi kemudian berubah lagi menjadi jualan pakan ternak, kemudian
berubah lagi menjadi salon, kemudian berubah lagi … Kapan menjadi
besarnya? Menurut saya yang seperti ini tidak baik karena kita tidak
akan menjadi expert di domain tersebut. Masalahnya lagi adalah kita
harus selalu membuat inovasi di produk dan layanan kita. Kalau kita
berubah-ubah secara drastis hanya karena peluang maka kita tidak bisa
melakukan inovasi. Tetaplah konsisten sehingga kita bisa menjadi lebih
expert dan bisa membesar.
Apakah ada bidang yang punya prospek bagus dalam tahun-tahun ke depan ini? Menurut saya semua bidang punya potensi untuk sukses. Masalahnya adalah mencari yang sesuai dengan passion kita (dan yang sesuai dengan kompetensi kita).
Kapan sebaiknya memulai wirausaha? Sekarang juga.
Sebaiknya sih ketika kita masih di comfort zone dan/atau masih menjadi
mahasiswa. Pada kondisi ini kita tidak tertekan dan tidak harus berhasil
sekarang juga. Kalau kondisinya lain, misal sudah menjadi pengangguran
atau sudah lulus, maka akan ada tekanan untuk sukses dan menghasilkan
sekarang juga. Padahal memulai wirausaha itu membutuhkan waktu. Jadi,
bagai mahasiswa di luar sana, usahakan memulai dari sekarang.
Apakah semua orang bisa menjadi wirausahawan? Tidak.
Ada orang yang memang lebih cocok kalau menjadi seorang profesional
atau pegawai. Kalau semua jadi pengusaha, siapa yang bekerja? All chiefs, no Indians
Apa keuntungan jadi wirausahawan? Ada banyak. Yang
pertama adalah kebahagiaan karena bisa menghidupi banyak orang (dan
keluarganya). Ini sebuah perasaan yang luar biasa. Sebuah achivement.
Mereka tidak menjadi beban bagi negara. Yang kedua adalah independent.
Bebas. Kita bisa mengatur kegiatan sesuai dengan kehendak kita, tetapi
kalau pengelolaannya tidak baik, juga bisa berakibat kita kerja terus.
No comments:
Post a Comment