Wednesday, June 26, 2013

“Care”, “Basa-Basi” Atau “Kepo”?

“Care”, “Basa-Basi” Atau “Kepo”?

Sebelum saya menuliskan artikel ini, saya harus memberikan disclaimer bahwa saya sadar sepenuhnya bahwa kita hidup di Indonesia, tempat yang amat ramah, bahkan terlalu ramah hingga kadang mengganggu kehidupan pribadi seseorang.

Bagaimana bisa?

Pernah ditanya begini nggak: “Hei apa kabar?  Udah berapa bulan hamilnya?”

Jika Anda memang hamil, tentu Anda akan menjawab dengan senang hati.  Apa kabar jika Anda, seperti saya, bukanlah orang yang punya proporsi badan seperti supermodel?  Kalau saya sih pernah ditanya seperti itu dan saya jawab dengan santai: “Oh nggak hamil kok, emang gendut aja.”  Si penanya pun mukanya memerah dan buru-buru minta maaf.  Sungguh basa-basi yang FAIL.

Soal pertanyaan “Jadi Kapan?” atau “Kapan Nyusul?” yang pernah saya bahas di artikel terdahulu, itu juga sekarang sudah masuk kategori pertanyaan ranah pribadi yang sebaiknya tak ditanyakan.  Yuk berhenti menanyakan ini pada mereka yang masih berpacaran dan mari doakan saja agar mereka bisa segera meresmikan hubungan.   Kalau beneran care sama mereka, seharusnya ini yang kita lakukan.  Bukan kepo nanya-nanya seolah minta diundang ‘kan?

Kalau yang berikut ini benar-benar pernah terjadi pada saya, dengan posisi saya sebagai si penanya.  Suatu hari saya mengantri di ATM dan di depan saya ada seorang bapak muda bersama anaknya yang balita.  Si anak lucu bukan main dengan rambut keritingnya.  Saya pun ‘gatel’ ingin berkomunikasi.  Pertanyaan pertama: “Namanya siapa ini?  Kok ganteng banget sih kamu?”  Dijawabkan oleh si bapak: “Namanya Nala, Tante.  Nala ayo bilang terimakasih sama Tantenya.”  Nala pun menyalami saya sambil berkata “Telimakasih, Tante.”  Sungguh menggemaskan.  Saya senang luar biasa karena nggak biasa-biasanya ditanggapi sama anak kecil.  Lalu mulut besar saya bertanya lagi, kali ini begini, “Nala ibunya mana?”

Ada jeda antara pertanyaan saya dan jawaban bapaknya.  Akhirnya dengan suara bergetar, si bapak menjawab:

“Ibu Nala sudah nggak ada, Tante…”

Ih sumpah rasanya kayak ulu hati saya ditonjok Mad Dog.

Mendadak mata saya berkaca-kaca, lalu saya tengadah mencari mata bapaknya yang berbadan lebih tinggi dari saya.  “Maaf ya Mas, saya nggak bermaksud…”  ucap saya menyesali pertanyaan saya.  Bapaknya Nala tampak berusaha bersikap tegar, dia menggendong Nala sambil tersenyum.  “Nggak apa-apa ya, Nak.  Udah harus biasa, Tante.”

Lalu mereka berdua masuk ke dalam ATM.  Air mata saya tumpah, sebagian sedih buat Nala dan bapaknya, tapi sebagian besar karena menyalahkan diri sendiri karena terlalu bodoh.  Mereka baik-baik saja sebelum saya iseng tanya-tanya.  Sekarang, bapaknya sedih tapi harus pura-pura tegar dan Nala-nya pun harus bingung dan bertanya-tanya kenapa bapaknya jadi harus pura-pura senang padahal tampak mau menangis. 

Sungguh bodohnya saya saat itu.

Ada lagi pertanyaan lain yang hits abis di kalangan ibu-ibu muda saat ini.  Rasanya kurang komplit kalau ngelihat sesama ibu-ibu muda yang lagi gendong anak trus iseng aja bertanya dengan metode ‘pemancingan umum’.  Begini:

“Bok, anak lo lucu banget ya.  Udah berapa bulan?”
“Empat bulan nih.”
“Ooo… montok deh.  Pasti ASI ya?”

ASI memang nutrisi terbaik bagi anak.  Namun pertanyaan serupa ini sudah masuk ranah pribadi seseorang.  Lagipula, mari berpikir secara logika sederhana saja.  Jika memang ASI, lalu Anda mau apa, dan jika ternyata campur susu formula Anda mau apa?  Seringnya pertanyaan ini seperti jadi ‘menghakimi’ dan bukan sekadar basa-basi.

Pertanyaan lain yang terkesan biasa saja padahal bisa jadi sensitif buat beberapa orang diantaranya:

“Kok umur segini belum menikah?” yang biasanya diikuti dengan nasehat yang tak diinginkan seperti: “Jangan terlalu pilih-pilih lah…”

Kalau kenyataannya si tertanya yang memang pemilih mungkin benar.  Tapi kalau dia belum ada yang memilih, pertanyaan dan nasehat tolol ini tentu akan sangat menyakitkan.

Yang berikut selalu menjadi derita para pengantin baru: “Udah isi belum?” yang juga biasa diikuti dengan nasehat-nasehat seputar gaya berhubungan seks yang efektif sampai tips-tips minum ramuan atau malah nasehat, “Jangan ditunda-tunda, anak itu pembawa rezeki lho.”

Satu hal aja yang perlu Anda ingat sebelum bertanya atau memberi nasehat soal ini: tak semua orang nyaman membicarakan kegiatan seksualnya seperti (mungkin) Anda.  Tak semua orang suka isi rahimnya dikorek-korek secara verbal oleh orang yang bukan dokter kandungan.  Jadi, tak perlu kepo dan sok tahu.

Terakhir, jika Anda punya adik yang belum kunjung lulus kuliah, please simpan pertanyaan “Kapan lulus?” terutama jika sedang berada di forum umum seperti misalnya acara-acara keluarga.  Selain memalukan, pertanyaan ini akan memojokkannya dan percaya atau tidak, malah membuatnya lebih malas menyelesaikan kuliah.  Sungguh jauh dari efektif!  Jika Anda serius ingin bicara dari hati ke hati dengannya, ajak dia makan malam berdua saja, lalu bicaralah tentang betapa penting bagi Anda untuk ia menyelesaikan pendidikannya selaku seorang kakak kepada adiknya.  Selain lebih fokus, Anda jadi lebih menghargai dia sebagai manusia dewasa ‘kan?  Ketimbang diledekin di depan orang-orang, emang adik Anda masih balita?

Adakah pertanyaan-pertanyaan lain yang pernah membuat Anda malu karena bertanya atau ditanya?  Yuk share ke sini, barangkali bisa membantu teman-teman lainnya.  Ingat, berpikir dulu ya sebelum bertanya, karena yang biasa saja bagi kita bisa jadi big deal dan menyakitkan buat orang lain.

No comments:

Post a Comment